Tarif AS Guncang Ekonomi Korea, BOK Prediksi Pertumbuhan Melambat

Tarif AS Guncang Ekonomi Korea, BOK Prediksi Pertumbuhan Melambat
Ilustrasi masyarakat Korea Selatan. (Reuters)

Penulis: BUNGA NATASYA PUTRI

Bank Sentral Korea Selatan (BOK) memperingatkan kalau ekonomi negara itu bisa terguncang cukup parah setelah Amerika Serikat resmi menaikkan tarif impor. Padahal, Seoul sebelumnya sudah meneken kesepakatan dagang dengan Presiden Donald Trump pada akhir Juli.

Lewat laporan terbarunya, BOK menyebut tarif rata-rata produk Korea di pasar AS kini naik jadi sekitar 15%, padahal sebelumnya hampir semua bebas tarif lewat perjanjian KORUS FTA. Dampaknya, ekonomi Korea yang sangat bergantung pada ekspor ke Negeri Paman Sam diprediksi akan melambat.

BOK menghitung, kenaikan tarif ini akan memangkas pertumbuhan sekitar 0,45 poin persentase tahun 2025 dan 0,60 poin tahun 2026, sehingga pertumbuhan hanya tersisa 0,9% tahun ini dan 1,6% tahun depan.

Dikutip dari Reuters, meski tarif 15% ini lebih rendah dari ancaman Trump yang sempat menyebut 25%, angka tersebut tetap lebih tinggi dibanding tarif dasar sebelumnya di kisaran 10%.

Dibandingkan dengan 50 negara eksportir utama ke AS, posisi Korea memang relatif lebih baik dalam hal pemotongan dari ancaman tarif. Tapi kalau dibandingkan dengan kondisi sebelum kebijakan tarif besar-besaran, beban Korea justru lebih berat ketimbang lebih dari separuh pesaingnya, termasuk Jepang dan Uni Eropa.

Selain soal tarif, BOK juga menghadapi dilema di dalam negeri. Suku bunga acuan ditahan di level 2,50% karena khawatir soal tingginya utang rumah tangga dan risiko gelembung properti. Namun, bank sentral mulai memberi sinyal bisa memangkas bunga pada akhir tahun kalau ekonomi makin lesu.

Di sisi lain, pemerintah Korea mencoba mencari jalan keluar lewat strategi jangka panjang. Investasi besar-besaran di bidang kecerdasan buatan (AI) dijadikan sebagai prioritas utama. Dana jumbo sekitar 100 triliun won disiapkan bersama swasta untuk mendorong inovasi di sektor robotika, otomotif, elektronik, sampai industri kreatif seperti K-beauty dan K-food.

Dengan tekanan dari luar negeri lewat tarif dan masalah domestik di sektor keuangan, Korea Selatan kini berada di persimpangan penting: menjaga stabilitas ekonomi jangka pendek sambil berusaha membangun motor pertumbuhan baru untuk masa depan.

Share

Comments

Related Posts