Ekonomi Korea Tertekan, Manufaktur Melemah 7 Bulan Berturut-turut

Ekonomi Korea Tertekan, Manufaktur Melemah 7 Bulan Berturut-turut
Ilustrasi manufaktur di Korea Selatan. (Reuters)

Penulis: BUNGA NATASYA PUTRI

Aktivitas pabrik di Korea Selatan saat ini masih melemah sampai Agustus 2025. Ini udah tujuh bulan berturut-turut sektor manufaktur jalan lambat. Penyebab utamanya karena permintaan dari luar negeri, terutama Amerika Serikat, makin turun setelah Presiden Donald Trump menetapkan tarif impor yang lebih tinggi.

Menurut survei dari S&P Global, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Korea Selatan tercatat di angka 48,3 pada Agustus, seperti dilaporkan Reuters. Angka ini memang sedikit lebih baik dari Juli yang 48,0, tapi tetap saja masih di bawah level 50. Kalau PMI ada di bawah 50 artinya pabrik lagi menyusut, bukan berkembang. Jadi, meski ada kenaikan tipis, kondisi industri tetap berat.

Mulai awal Agustus, tarif baru sebesar 15% resmi berlaku untuk barang-barang Korea Selatan yang masuk ke Amerika Serikat. Memang tarif ini lebih rendah dibanding ancaman awal yang bisa sampai 25%, tapi tetap jadi pukulan besar untuk sektor baja, mobil, dan elektronik. Banyak perusahaan Korea mengaku ekspor mereka langsung turun karena harga barang jadi lebih mahal di pasar AS. Kalau ekspor turun, otomatis pabrik harus kurangi produksi. Inilah yang bikin aktivitas manufaktur makin lemah beberapa bulan terakhir.

Untuk menahan tekanan ini, pemerintahan Presiden Lee Jae Myung minggu lalu bilang akan menambah belanja negara cukup besar. Tujuannya buat dorong ekonomi dalam negeri, buka proyek baru, dan menjaga lapangan kerja supaya tetap ada. Sementara itu, Bank Sentral Korea juga memberi sinyal siap melonggarkan kebijakan moneter, misalnya dengan menurunkan suku bunga atau memberi stimulus tambahan, supaya ekonomi ngga jatuh lebih dalam lagi.

Meski begitu, banyak analis menilai pemulihan ngga akan cepat kalau masalah dagang dengan AS belum selesai. Kalau ekspor tetap seret, dampaknya bisa terasa langsung ke perusahaan, pekerja, dan akhirnya masyarakat biasa.

Di media sosial, banyak orang Korea juga mulai curhat soal kondisi ini. Ada yang bilang harga barang makin naik, sementara lowongan kerja baru makin susah didapat. Bahkan ada yang khawatir kalau industri andalan Korea, seperti otomotif dan elektronik, bisa makin terpuruk kalau situasi ini berlarut-larut.

Share

Comments

Other Posts