Korea Utara Pilih Perkuat Nuklir dan Kapal Perang Merespons Latihan Militer Gabungan AS-Korea Selatan

Korea Utara Pilih Perkuat Nuklir dan Kapal Perang Merespons Latihan Militer Gabungan AS-Korea Selatan
(Ki-ka) Lee Jae Myung & Kim Jong Un (Net)

Penulis: BUNGA NATASYA PUTRI

PEMIMPIN Korea Utara, Kim Jong Un, menekankan urgensi untuk mempercepat program senjata nuklir negaranya sebagai respons terhadap latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Menurut Kim, latihan militer tersebut bisa memicu perang di Semenanjung Korea. Karena itu, ia mendesak agar Korut siap tempur dengan menambah kekuatan persenjataan, termasuk nuklir yang selama ini selalu membuat dunia resah.

Seperti dilaporkan Washington Post, Kim juga menyebut hubungan militer antara Amerika Serikat dan Korea Selatan yang semakin intensif serta menunjukkan kekuatan kedua negara, merupakan indikasi jelas adanya niat untuk memicu perang. Menurut laporan KCNA, hal itu menjadi sumber ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.

Diketahui bahwa latihan militer musim panas tahunan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan telah dimulai pada Senin lalu. Pyongyang selama ini menuding latihan itu sebagai persiapan perang.

Di sisi lain, Kim Jong Un kembali menolak semua upaya damai yang ditawarkan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung. Padahal sejak menjabat, Lee sudah mengambil sejumlah langkah untuk mencairkan suasana, seperti menghentikan siaran propaganda, mencabut pengeras suara di perbatasan, hingga mencoba menghidupkan lagi perjanjian militer 2018. Namun, semua tawaran itu tetap ditolak. Bahkan Kim Yo Jong (adik Kim Jong Un-red) menyebut upaya tersebut hanyalah “mimpi bodoh”.

Selain soal latihan militer, Kim juga menanggapi laporan tentang kapal perang terbaru Korut bernama Choe Hyon. Ia menyebut kapal itu bagian dari rencana menjadikan angkatan laut Korut lebih modern, canggih, dan bersenjata nuklir. Selama ini, angkatan laut Korea Utara kebanyakan hanya memiliki kapal-kapal kecil untuk menjaga kawasan pantai. Kehadiran kapal perusak baru tersebut menunjukkan ambisi Korut memperluas kekuatan militernya, baik di Laut Kuning di sebelah barat maupun di perairan timur yang mengarah ke Jepang.

Pada November tahun lalu, Kim Jong Un sudah menegaskan bahwa Korut akan terus menambah kemampuan nuklirnya tanpa batas sebagai bentuk perlawanan terhadap ancaman kerja sama militer Amerika Serikat dan sekutunya di Asia.

Sebelumnya, Kim sempat tiga kali bertemu dengan mantan Presiden AS, Donald Trump. Namun, pertemuan itu gagal membuat Korut menghentikan program nuklirnya. Sejak itu, Pyongyang menolak ajakan negosiasi dari Washington dan justru semakin mendekat ke Rusia, bahkan terang-terangan mendukung perang Moskow di Ukraina.

Share

Comments

Other Posts